Pembiayaan Syariah Naik 48%
Pembiayaan bank syariah mencapai Rp74,253 triliun pada kuartal pertama 2011. Realisasi pembiayaan sepanjang kuartal pertama ini, terutama masih didominasi akad murabahah (jual beli). Data BI per Maret 2011 menunjukkan terjadi peningkatan pembiayaan syariah dari tahun ke tahun (yoy) sekitar 48 persen dari Maret 2010 Rp50,206 triliun. Sementara itu, akad jual beli sepanjang kuartal pertama meningkat hingga Rp40,877 triliun dari sebelumnya Rp28,269 triliun.
Sementara pembiayaan dengan akad musyarakah (kerja sama) juga memiliki kontribusi cukup dominan sebesar Rp14,677 triliun atau meningkat dari posisi Rp11,216 triliun. Sedangkan pembiayaan mudharabah (bagi hasil) menunjukkan peningkatan dari Rp 6,716 triliun menjadi Rp 8,767 triliun.
Hal ini juga terlihat pada pembiayaan dengan akad qard (di mana bank syariah mendapatkan fee atau ujrah) dari Rp2,775 triliun menjadi Rp6,721 triliun.
Peningkatan juga terjadi pada pembiayaan dengan akad ijarah (pemindahan hak guna manfaat) dari Rp1,324 triliun menjadi Rp2,417 triliun.
Namun sayangnya, penurunan justru terjadi pada pembiayaan dengan akad istishna (perdagangan berjangka). Dari Rp 460 miliar, pembiayaan ini turun menjadi Rp 360 miliar. Ini pun terjadi pada pembiayaan dengan akad salam. Bahkan, angka pembiayaan tak beranjak dari posisi nol rupiah.
BI juga mencatat, sebagian besar pembiayaan perbankan syariah ini disalurkan pada sektor jasa. Sektor ini mendominasi hingga Rp20,210 triliun, disusul dengan sektor perdagangan, restoran, dan hotel hingga Rp7,689 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran pembiayaan bank syariah lebih banyak ke sektor modal kerja hingga Rp32,771 triliun. Sedangkan untuk konsumsi dan investasi juga memiliki kontribusi cukup signifikan dengan penyaluran pembiayaan masing-masing Rp27,112 triliun dan Rp14,370 triliun.
Sementara itu, sejumlah pelaku perbankan syariah mengaku optimistis pembiayaan bakal terus tumbuh. Bank Muamalat Indonesia, misalnya, yakin dapat meningkatkan pembiayaannya hingga 50 persen dari akhir 2010 lalu sebesar Rp15,9 triliun.
Selain ritel, Muamalat juga aktif menggenjot sektor korporasi. “Untuk sindikasi, kita bahkan targetkan bakal meningkat menjadi 15 persen dari sebelumnya 13 persen,” kata Direktur Korporasi Bank Muamalat, Luluk Mahfuda, beberapa waktu lalu.
Hal senada juga diakui Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Yuslam Fauzi, pada wartawan akhir pekan lalu. Bank syariah ini yakin akan bisa meningkatkan pembiayaannya hingga 25 hingga 30 persen pada 2011.
Karena itu, ia mengaku bakal meminta tambahan modal lagi dari induknya, Bank Mandiri, hingga Rp210 miliar. “Kalau bisa dua kalinya,” ujarnya. Hal ini juga dilakukan untuk mempertahankan rasio kecukupan modal. (Republika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar